Tangkap Veronica Koman, Penyebar Hoax 2000 Personel Banser Turun ke Papua! - Harian Papua

Breaking

Sabtu, 09 November 2019

Tangkap Veronica Koman, Penyebar Hoax 2000 Personel Banser Turun ke Papua!



Siapa sih Veronica Koman yang sekarang banyak diperbincangkan terkait isu Papua? Sudah banyak tulisan di seword maupun di media arus besar yang mengulas tentangnya. Monggoh digoogling sendiri dan cari tau sepak terjangnya secara lengkap, saya hanya akan mengulas sekilas saja.

Menyebut Veronica Koman, mau tak mau ingatan saya melayang kembali ke 2017. Tepatnya bulan Mei 2017 saat Veronica Koman berhasil merebut mikrofon yang sedang lengang, dan berorasi dengan lantang bahwa Rezim Jokowi lebih kejam dibanding era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Kejadiannya depan Rutan Cipinang, 9 Mei 2017, sebagaimana diakui oleh teman saya Bang Birgaldo Sinaga aksi teatrikalnya tersebut merupakan sebuah kelalaian panitia. Murni keteledoran karena faktor human error.

Namun tak ayal aksi rebut mikrofon ini berujung marahnya Mendagri Tjahjo Kumolo hingga menuntut Veronica Koman untuk memberikan klarifikasi dalam waktu satu minggu apa maksud pernyataannya itu.

Bahkan ada laporan bernomor TBL/2314/V/2017/PMJ/Dit.Reskrimum dengan pelapornya bernama Kan Hiung alias Mr Kan, terkait pidato dadakan Veronica itu. Walau pun hingga kini belum jelas bagaimana kelanjutan laporan tersebut. Atau mungkin saya yang kurang update?

Karena faktanya betina bernama Veronica Koman ini masih bebas, melenggang kesana kemari, dan aktif mencuit serta mengomentari perihal Kisruh Papua dalam akun twitternya di https://twitter.com/VeronicaKoman

Bernama lengkap Veronica Koman Liau, betina eh perempuan kelahiran Medan 14 Juni 1988 ini meraih gelar sarjana hukum dari kampus swasta kenamaan di Jakarta. Vero memang dikenal aktif sebagai aktivis, terutama yang bertajuk kemerdekaan bagi rakyat Papua.

Jujur saya merasa bingung sendiri. Seorang wanita yang notabene keturunan Tionghua (maaf, saya tidak bermaksud rasis), kelahiran Medan, dan berkuliah di Jakarta sebenarnya memiliki keterkaitan apa sih dengan Papua? Sampai sliweran ke Jenewa, dalam forum ICP pada tahun 2017 dan berbicara perihal kondisi HAM di Papua?

Saya sendiri sebagai perempuan Indonesia asli yang lahir dan besar di pulau Jawa, saya cinta Papua. Sejak lama ringtone di hape saya juga adalah lagu Sajojo, dan saya kerap mengusap air mata haru saat melihat berbagai video dokumentasi soal Papua.

Keragaman suku dan budaya Papua. Ada suku besar Arfak, suku Asmat yang berjumlah paling banyak, suku Dani yang bersahaja, suku Korowai yang tinggal di atas pohon, dan ratusan suku dan sub suku yang tinggal di bumi Papua.

Tapi semua kecintaan dan kekaguman saya akan Papua tidak menjadikan saya menginginkan rakyat Papua untuk merdeka. Justru saya berpendapat Papua akan lebih baik nasibnya kalau tetap dalam wilayah NKRI, terlebih dengan Presiden Jokowi sekarang.

Seharusnya rakyat Papua belajar dari kisah nyata yang terjadi di Timor Leste setelah lepas dari Indonesia. Bagaimana kondisi di Timor Leste (dahulu Timor Timur) sekarang? Tepat 20 tahun mereka lepas dari Indonesia, apakah benar warganya sudah merasa merdeka?

Bandara yang sepi dan lengang, jalan raya yang kosong melompong, penggusuran paksa lahan warga dengan dalih pembangunan, harga bahan pokok yang terus meningkat terlebih karena mereka mengadopsi mata uang dollar Amerika, banyaknya pengangguran, dan UMR yang jauh di bawah Jakarta. Harusnya rakyat Papua belajar dari itu semua. Ini fakta, bukan karangan saya.

Bukan rahasia lagi kalau Presiden Jokowi jelas menaruh hatinya di tanah Papua. Selama periode pertama ini Papua begitu dianak-emaskan. Harga BBM disamakan dengan di Jawa, harga bahan kebutuhan pokok hingga semen juga lebih manusiawi. Jembatan Holtekamp, jalan TransPapua, istana kepresidenan di Jayapura, pembangunan pelabuhan dan bandara di Papua serta Papua Barat. Sudah banyak buktinya, dan akan terus bertambah di periode kedua nanti.

Maka dari itu, saya sungguh gak bisa memahami cara pikir Veronica Koman yang bukan warga Papua asli, tapi terus menerus memprovokasi, kipas-kipas di skala nasional maupun internasional supaya Papua merdeka. Dengan dalih demi kepentingan dan HAM rakyat Papua.

Apa Veronica Koman ini bisa mewakili suara hati rakyat Papua yang sebenar-benarnya?

Barusan SJW Vero ini mencuitkan status di twitternya yang memframing seolah 2000 personel anggota ormas sudah diturunkan di Papua Barat untuk menyisir kelompok Anti-NKRI. Ormas yang dia maksud adalah Banser NU. Sumber referensinya sendiri dari artikel gak jelas di gelora.co yang merupakan salah satu media ‘kampret’.

Tak berapa lama, cuitan tersebut dihapus. Disertai link berita rujukan untuk klarifikasi. Berikut klarifikasi resmi dari Gus Yaqut seperti dilansir dari tagar.id “Menanggapi hal itu, Yaqut menegaskan bahwa 2000 orang yang dimaksud kemungkinan merupakan bagian dari sekitar 5000 anggota banser yang sebelumnya memang telah ada dan tinggal di Papua. Ia memastikan tidak ada pengiriman personel Banser ke Bumi Cendrawasih.”

Yaqut juga mengatakan, personel Banser Papua yang mencintai Negara Kesatuan Republik Indonesia akan siap jika diminta aparat untuk membantu menjaga perdamaian di Papua. "Mereka siap untuk membantu TNI jika diperlukan untuk menenangkan situasi dan meredam isu separatisme di sana," kata dia.

Jadi jelas bukan bahwa Veronica Koman ini memang berniat membuat kisruh soal Papua. Oh ya, saya beruntung salah seorang teman saya sempat mengcapture cuitan Vero yang sudah dihapus tersebut. Mungkin ini bisa dijadikan salah satu bukti aksi provokasi dan mengadu domba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar