Karantina Guru dan Siswa Untuk Terapkan Protokol Kesehatan - Harian Papua

Breaking

Kamis, 11 Juni 2020

Karantina Guru dan Siswa Untuk Terapkan Protokol Kesehatan

Karantina Guru dan Siswa Untuk Terapkan Protokol Kesehatan

Para guru, pembina, dan siswa sekolah berpola asrama Taruna Papua di Kelurahan Wonosari Jaya, Kabupaten Timika, tidak diperbolehkan keluar dari kompleks sekolah dan asrama. Itu dilakukan sejak wabah pandemi Covid-19 melanda wilayah itu pada akhir Maret.

Direktur Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) Vebian Magal mengatakan, kebijakan isolasi sekolah dan asrama Taruna Papua dilakukan untuk menghindari penularan wabah Covid-19 ke kompleks persekolahan yang seluruhnya menampung siswa asli Papua asal Suku Amungme, Kamoro, dan beberapa suku Papua lain.

”Sejak awal kasus Covid-19 masuk ke Timika, kami melakukan karantina wilayah khusus di kompleks sekolah dan asrama Taruna Papua. Guru, siswa, pembina asrama, tukang masak, dan karyawan lain, tidak boleh keluar dari kompleks karena situasi di Timika sekarang ini sudah terjadi transmisi lokal,” kata Vebian pada Kamis (11/6).

Saat ini, terdapat 712 siswa mulai tingkat SD hingga SMP yang bersekolah di Sekolah Asrama Taruna Papua. Sementara jumlah seluruh karyawan (termasuk guru, pembina asrama) yang mengelola sekolah tersebut sebanyak 154 orang.

Vebian mengatakan, dengan adanya kebijakan karantina atau isolasi wilayah di kompleks Sekolah dan Asrama Taruna Papua SP4 Timika itu, hingga saat ini, kondisi kesehatan guru, pembina asrama, dan para siswa, masih tetap prima.

”Mereka tidak diperbolehkan keluar dari lingkungan sekolah. Pada saat liburan seperti sekarang ini, anak-anak juga tidak diperbolehkan pulang ke rumah orang tua mereka baik di Timika maupun di kampung-kampung pedalaman. Mereka tidak diperbolehkan kontak dengan orang luar, semua wajib tinggal di dalam asrama dan sekolah,” jelas Vebian.

Adapun guru-guru dan pembina asrama diberikan pilihan. Jika tidak menghendaki untuk tinggal di sekolah dan asrama atau memilih tinggal di luar kompleks sekolah, mereka tidak diperkenankan untuk bertemu dengan para siswa dan rekan-rekan guru lain.

”Kalau mereka tidak mau tinggal di dalam atau memilih tetap tinggal di luar, silakan saja, tapi mereka tidak boleh masuk ke sekolah untuk sementara waktu. Gaji mereka tetap dibayarkan (gaji pokok), tetapi tunjangan yang lain-lain mereka tidak terima,” kata Vebian.

Hingga saat ini, ribuan peserta program beasiswa YPMAK di berbagai kota studi di luar Mimika terus dipantau kondisi kesehatannya. Belum ada laporan ada yang terpapar Covid-19. Pekan lalu salah seorang peserta beasiswa YPMAK meninggal dunia di Semarang lantaran terserang penyakit lain bukan Covid-19.

”Sampai sekarang, anak-anak itu sehat-sehat saja. Sejak awal kami tegaskan bahwa biaya asrama, kontrakan rumah, dan lain-lain tetap ditanggung penuh oleh YPMAK sekalipun sekarang mereka bersekolah atau kuliah secara online. Kami tetap berkoordinasi dengan lembaga mitra untuk memantau dan mengawasi anak-anak peserta program beasiswa di berbagai kota studi,” ujar Vebian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar